Langkah kakiku pelan mengantarkanku pada pusat perbelanjaan di kota Batam tercinta “Sagulung Mall” :$ (suka banget jalan-jalan :D ). Setelah muter-muter sekejab akhirnya ketemu juga jilbab hitam yang kucari, itu di bantu oleh yang penjaga toko sendiri , wanita berjilbab, cantik.
“ wah ini panjang banget mbak Jilbabnya” komentarnya yang ku balas dengan senyuman bersahabat :)
“ mbak kok suka pake jilbab panjang sich” lanjutnya sambil membantuku memilah-milah jilbab , lagi-lagi aku hanya tersenyum
“ya ga pa2 mbak, terasa nyaman aja” jawabku kalem (hehehe sok dewasa), ;)
“ya kalo yang segini sich ga pa2 mbak, tapi ini panjang banget lho, apa ga takut keliatan kedodoran?” lagi2 ia membuatku tersenyum (diriku memang murah senyum :$ ) , ia memegang jilbab yang tengah ku pakai, tidak begitu panjang hanya saja InsyaAllah cukup menjadi hijab bagiku.
“trus gimana tuch mbak, orang yang pake jilbab tapi pakaian nya ketat2” weleh pertanyaan ini seolah-olah di tujukan ke ustadzah hihihihi :D
“ya ga boleh mbak” jawabku seadanya
“tapi khan banyak tuch mbak yang pake begitu, yang penting khan pake jilbab” potongnya
Tiba-tiba aku ingat satu kejadian yang di ceritakan di Bab Fiqih Wanita , kejadian pada masa Rosulullah dimana beliau melarang wanita (lupa namanya) memakai pakaian yang mencetak lekuk tubuhnya, hmm dengan singkat aku menceritakanya, wanita penjaga toko yang menemaniku manggut2.
“ tolong mbak, mau cari rok dulu” dia membawakan jilbab yang hendak kubeli dan mengantarkanku ke tempat yang menjadi tujuanku
“jadi mbak pake nya rok terus ya” tanyanya, ku jawab dengan anggukan kepala
“iya lho mbak dulu pas di jawa saya pakenya juga rok , tapi semenjak ke Batam jadi begini” aku melihat baju dan celana mungil yang ia tunjukan padaku, aku tersenyum, ternyata dia juga orang jawa, sama dunks denganku. :d
“sekarang saya kalo pake baju kayak mbak pake jadi ngerasa orang aneh, ngerasa kayak orang gila, kedodoran di sana-sini” ujarnya ceplas –ceplos , aku tersenyum dan istighfar dalam hati, tiba-tiba terbersit keinginan ku menceritakan moment hijrahku dari berjilbab gaul ke jilbab Muslimah.
“mbak, dulu saya juga suka berpakaian begini tapi….” Jawabku menjelaskan bahwa ada proses yang tengah ku jalani saat ini “hijrah” ya sebuah hijrah dengan pertolongan Allah lewat akal ku.
“wah mbak nanti jadi ga ada yang ngelirik2 aku donk, gini aja ga ada yang naksir” aku bengong
“istighfar mbak” ujarku , bukanya menurut malah ketawa renyah yang ku dengar
“mbak usianya berapa sich” tanyanya yang kujawab jujur
“lho , kita seusia dunk, tapi mbak ini keliatan lebih dewasa, itu lho cara berpikirnya” wajah ku bersemu dadu “Alhamdulillah, amin”
“mbak sering2 ke sini yach, biar saya dapat pencerahan, ya dech besok2 saya pake pakaian kayak mbak”
“subhanallah, Alhamdulillah , amin” hatiku menjawabnya seiring senyuman dan anggukan kepala “ InsyaAllah” semoga ini bukan lantaran promosi (suudzon ga? :( Astaghfirullah )
***
Ingatanku melayang pada sosok Dea , sahabat yang ku kenal lewat telpon seluler ini berdomisili di Palembang, kota kelahiranku. Alhamdulillah Allah mempertemukan kami, ketika ada acara pulang kampung beberapa bulan yang lalu ( ketika ayahku wafat). Dengan jilbab lebar, rok panjang, baju panjang ia menyapaku “Assalamu’alaykum, tini yach” kami berpelukan , dia ukhti banget, sedang aku bercelana jeans , baju biasa, juga jilbab mungil ( :( gaul banget), dua hari kami melewatinya bersama, dan hatiku melembut , menerima titik2 cahaya, betapa aku ingin kelihatan bersahaja seperti dirinya, betapa aku ingin jadi bidadari sepertinya, amin Ya Allah kabulkan do’aku.
“De, Jazakillah ukhti, bidadari penyampai hidayah Allahurabbi, setelan jilbab gede dan baju panjang yang kita beli waktu itu adalah awal mula dimana aku akhirnya juga mencintai kaus kaki untuk menutup bagian aurat yang terbuka sekian lamanya, hanya saja aku masih berpikir , apakah aku bisa menghilangkan kebiasaanku yang suka manjat pohon jambu? Untung di sini tidak ada pohon jambu, tapi kalo aku pulang ke kampung halamanku? Bukan hanya pohon jambu lho tapi pohon rambutan juga pohon mangga banyak, eh malahan ada pohon kelapa, jadi ukhti ga boleh manjat pohon yach? ”
@ Bang Nurul , abangku ini akhirnya manggil aku ukhti juga, inget banget hehehe , Alhamdulillah
@ Syahrul , syukran ade, pernah nanya, “kak pake jilbabnya panjang ga?” eng ing eng jadi harus pake
@ Mas Ustadz Chodirin , mas gambar di websitenya “begini khan lebih baik” menyadarkanku lho! Syukran
@ Ukhtifillah, Aang , Mas Iqbal, Mas awie, Mas Achmad, Reno, syukran dah nemenin hari-hariku , juga yang sempet ngirim tausyiahnya, Jazakumullah.
Batam , 3 December 2008
Di meja kerjaku
“ wah ini panjang banget mbak Jilbabnya” komentarnya yang ku balas dengan senyuman bersahabat :)
“ mbak kok suka pake jilbab panjang sich” lanjutnya sambil membantuku memilah-milah jilbab , lagi-lagi aku hanya tersenyum
“ya ga pa2 mbak, terasa nyaman aja” jawabku kalem (hehehe sok dewasa), ;)
“ya kalo yang segini sich ga pa2 mbak, tapi ini panjang banget lho, apa ga takut keliatan kedodoran?” lagi2 ia membuatku tersenyum (diriku memang murah senyum :$ ) , ia memegang jilbab yang tengah ku pakai, tidak begitu panjang hanya saja InsyaAllah cukup menjadi hijab bagiku.
“trus gimana tuch mbak, orang yang pake jilbab tapi pakaian nya ketat2” weleh pertanyaan ini seolah-olah di tujukan ke ustadzah hihihihi :D
“ya ga boleh mbak” jawabku seadanya
“tapi khan banyak tuch mbak yang pake begitu, yang penting khan pake jilbab” potongnya
Tiba-tiba aku ingat satu kejadian yang di ceritakan di Bab Fiqih Wanita , kejadian pada masa Rosulullah dimana beliau melarang wanita (lupa namanya) memakai pakaian yang mencetak lekuk tubuhnya, hmm dengan singkat aku menceritakanya, wanita penjaga toko yang menemaniku manggut2.
“ tolong mbak, mau cari rok dulu” dia membawakan jilbab yang hendak kubeli dan mengantarkanku ke tempat yang menjadi tujuanku
“jadi mbak pake nya rok terus ya” tanyanya, ku jawab dengan anggukan kepala
“iya lho mbak dulu pas di jawa saya pakenya juga rok , tapi semenjak ke Batam jadi begini” aku melihat baju dan celana mungil yang ia tunjukan padaku, aku tersenyum, ternyata dia juga orang jawa, sama dunks denganku. :d
“sekarang saya kalo pake baju kayak mbak pake jadi ngerasa orang aneh, ngerasa kayak orang gila, kedodoran di sana-sini” ujarnya ceplas –ceplos , aku tersenyum dan istighfar dalam hati, tiba-tiba terbersit keinginan ku menceritakan moment hijrahku dari berjilbab gaul ke jilbab Muslimah.
“mbak, dulu saya juga suka berpakaian begini tapi….” Jawabku menjelaskan bahwa ada proses yang tengah ku jalani saat ini “hijrah” ya sebuah hijrah dengan pertolongan Allah lewat akal ku.
“wah mbak nanti jadi ga ada yang ngelirik2 aku donk, gini aja ga ada yang naksir” aku bengong
“istighfar mbak” ujarku , bukanya menurut malah ketawa renyah yang ku dengar
“mbak usianya berapa sich” tanyanya yang kujawab jujur
“lho , kita seusia dunk, tapi mbak ini keliatan lebih dewasa, itu lho cara berpikirnya” wajah ku bersemu dadu “Alhamdulillah, amin”
“mbak sering2 ke sini yach, biar saya dapat pencerahan, ya dech besok2 saya pake pakaian kayak mbak”
“subhanallah, Alhamdulillah , amin” hatiku menjawabnya seiring senyuman dan anggukan kepala “ InsyaAllah” semoga ini bukan lantaran promosi (suudzon ga? :( Astaghfirullah )
***
Ingatanku melayang pada sosok Dea , sahabat yang ku kenal lewat telpon seluler ini berdomisili di Palembang, kota kelahiranku. Alhamdulillah Allah mempertemukan kami, ketika ada acara pulang kampung beberapa bulan yang lalu ( ketika ayahku wafat). Dengan jilbab lebar, rok panjang, baju panjang ia menyapaku “Assalamu’alaykum, tini yach” kami berpelukan , dia ukhti banget, sedang aku bercelana jeans , baju biasa, juga jilbab mungil ( :( gaul banget), dua hari kami melewatinya bersama, dan hatiku melembut , menerima titik2 cahaya, betapa aku ingin kelihatan bersahaja seperti dirinya, betapa aku ingin jadi bidadari sepertinya, amin Ya Allah kabulkan do’aku.
“De, Jazakillah ukhti, bidadari penyampai hidayah Allahurabbi, setelan jilbab gede dan baju panjang yang kita beli waktu itu adalah awal mula dimana aku akhirnya juga mencintai kaus kaki untuk menutup bagian aurat yang terbuka sekian lamanya, hanya saja aku masih berpikir , apakah aku bisa menghilangkan kebiasaanku yang suka manjat pohon jambu? Untung di sini tidak ada pohon jambu, tapi kalo aku pulang ke kampung halamanku? Bukan hanya pohon jambu lho tapi pohon rambutan juga pohon mangga banyak, eh malahan ada pohon kelapa, jadi ukhti ga boleh manjat pohon yach? ”
@ Bang Nurul , abangku ini akhirnya manggil aku ukhti juga, inget banget hehehe , Alhamdulillah
@ Syahrul , syukran ade, pernah nanya, “kak pake jilbabnya panjang ga?” eng ing eng jadi harus pake
@ Mas Ustadz Chodirin , mas gambar di websitenya “begini khan lebih baik” menyadarkanku lho! Syukran
@ Ukhtifillah, Aang , Mas Iqbal, Mas awie, Mas Achmad, Reno, syukran dah nemenin hari-hariku , juga yang sempet ngirim tausyiahnya, Jazakumullah.
Batam , 3 December 2008
Di meja kerjaku
Alhamdulillah, Selamat ya.. udah jadi orang2 terpilih mandapat hidayah..
ReplyDeleteMba kul di Unrika ya? Jurusan apa?
Kebetulan saya juga kul disana.
Salam Kenal, Keep Istiqomah Selalu.. :)