Assalamu'alaykum, selamat datang di blog sederhana saya, selamat membaca! silahkan berkomentar & tinggalkan link anda untuk di kunjungi, terima kasih

Sunday, 5 September 2010

Menikah Tanpa Pacaran Bukan Berarti Tanpa Cinta

Wah judulnya... tak disangka tini bisa menulisnya he he _^_

Anda pernah membaca sebuah tulisan singkat di sini

Tulisan itu saya buat sebelum datang sebuah pengubah idealisme saya sebulan kemudian, Allah Sang Penggerak hati, mengilhamkan dan membulatkan tekad saya untuk bertaaruf pada seorang ikhwan yang belum pernah saya lihat, bahkan belum pernah saya dengar sepak terjangnya dalam dunia kependekaran, ups maksud saya dalam dunia dakwah.

"Kamu tipikal wanita nekad," begitu komentar sedap yang mampir ketelinga. Seperti dapat memahami keraguan kebanyakan wanita, bagaimana mungkin memutuskan untuk menghabiskan sisa hidup dengan laki-laki yang belum dikenal lama. Namun saya berfikir, hidup saya sudah berjalan 24 tahun dan setiap keputusan yang saya ambil demi kemaslahatan hidup ini adalah "nekad", tapi bagi saya itu adalah tekad yang bersandar kepada Allah, rasa percaya penuh dan prasangka baik pada setiap garis takdirNya.

Dan siapapun boleh tidak percaya, bahwa masa berkenalan hingga pernikahan kami adalah dalam tempo 4 bulan. Karena ketidakpercayaan itu juga kami rasakan, bahkan pasca pernikahan kami, saya dan suami sering bilang "seperti mimpi." Sejujurnya dua-tiga hari menjelang pernikahan, saya dilanda rasa yang bercampur aduk -bahagia, haru, harap, takut-. Tapi saya sadar, sesadar-sadarnya bahwa pernikahan adalah bagian dari episode hidup, ibadah yang harus dilakoni oleh setiap hamba yang mengaku umat Rosulullah Sholallahu'alaihi Wasalam. Dan saya maklum, saya tidak akan mengerti bagaimana rasanya memahamkan dua kepribadian yang berbeda dalam satu kebersamaan jika saya tidak menjalani pernikahan itu sendiri.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Ar Rum : 21)

Sebuah cinta terlahir dari komitmen, halalnya sebuah hubungan memperindah cinta itu. Jikalau menafakuri ayat Nya, maka terpecik sadar bahwa hanya Allah lah yang menjadikan rasa kasih dan sayang antara seorang suami kepada isterinya. Seorang bijak pernah berkata "jika engkau menikahi seseorang, maka nikahilah kekurangannya, karena kelebihannya adalah hadiah yang diberikan Allah kepadamu"

Ada rasa tersendiri yang dirasakan seorang istri ketika suami pulang berjamaah dari masjid lalu mencium keningnya dan bertanya "sudah sholat?", dan  ada sebuah rasa syahdu menjadi makmum sang suami dalam sholat-sholat sunahnya.

Subhanallah....

And the last, I just wanna say "I'm lucky marry this man and I love him so much".

Batam, 6 September 2010
Tini

4 comments:

  1. 1. tulisan semakin berbobot
    2. selamat menempuh hidup yang lebih bermakna, yang lebih membawa kejalan takwa.

    Salam
    Asnan

    ReplyDelete
  2. @pak Asnan
    Amin untuk do'anya, terimakasih banyak :)

    ReplyDelete
  3. Sepakat 100% dengan artikel ini, karena saya juga mengalaminya :)

    ReplyDelete
  4. @Pak Zico...
    alhamdulillah karena banyak yang mengalaminya. :)

    ReplyDelete