Assalamu'alaykum, selamat datang di blog sederhana saya, selamat membaca! silahkan berkomentar & tinggalkan link anda untuk di kunjungi, terima kasih

Wednesday, 25 June 2008

Agar Tak Menjadi Debu

Penulis: Chandra Kurniawan

Ada yg menangis tertahan, ketika daurah bekal pernikahan itu berlangsung. "Saya jenuh, berkali2 mengikuti daurah dengan tema yg sama, namun saya masih saja sendirian. Sepertinya harapan wujudnya keluarga islami yg indah dan mempesona itu hanya sebuah utopia. Mimpi indah yg pamit pergi saat subuh datang. Pedih, sebab embun pagi pun hamoir slalu berkabut," ujarnya pelan.

Ukhti kita ini tidak sendirian, ratusan bahkan mungkin ribuan muslimah "baik-baik" yg lain, berjajar di antrian panjang menunggu dipinang. Bukan soal layak atau tidaknya menikah, sebab mereka sangat layak. Berwawasan, berkepribadian, punya komitmen, dan tidak menuntut banyak. Dalam banyak hal mereka sungguh2 telah siap lahir batin. Juga bukan soal laku atau tidak sebab mereka bukan barang dagangan

Meski sama pd tingkat penampakan yg sama, sama2 tidak memiliki pasangan, ada perbedaan mendasar antara orang2 yg menolak menikah dengan orang yg belum menikah. Atas nama apapun. Yang satu telah menentang fitrah dan membuat bid'ah yg dibenci Allah dan Rosul-nya, sedang yg lain memang sedang "diuji" imannya.

Kesendirian mereka justru karena keinginan menikah dlm arti yg sebenarnya, bukan sekedar kawin dng lawan jenis. Menikah untuk membangun pndasi ibadah yg lebih kokoh, dan mendapat ridha Allah. Dan itu hanya mungkin bila suami2 mereka adalah hamba2 yg "sampai" pemahaman maupun amalnya pd tingkatan "qawwam"

Sebab menikah mjd pertaruhan dan mereka tidak ingin menghancurkan benteng pertahanan mereka sendiri. Menikah haruslah menjadikan sgala ibadah lebih baik, kualitas dan kuantitasnya. Bukan malah menjadi awal kehnacuran akidah dan ibadah mereka.

Dan ketika lelaki spt ini mjd makhluk langka atau ada dlm jumlah terbatas. Bersusah payah mereka mempertahankan huznuzhan mereka kpd Allah di tengah pandangan sinis dan melecehkan. Mereka bukannya jual mahal atau mempersulit diri namun tidak mungkin rasanya menukar nikmat iman kpd laki-laki tanpa kriteria, tanpa konsep hidup yg jelas. Bagaimanapun mereka tidak ingin menghargai murah keyakinan mereka

Ini adalah pertempuran melawan gejolak nafsu dan keinginan "dimiliki". Pertempuran melawan nurani yg sering menjerit atau naluri menjadi ibu yg memang milik mereka. Mereka berjuang sendirian sebab orang lain tidak akan pernah merasakan kepedihan mereka. Mereka tabah dan tidak ingin semua pengorbanan ini menjadi abu, tak menyisakan kebaikan di sisi Allah. Alangkah beratnya...

Dalam kesendirian, mereka adalah pahlawan, dalam renungan dan tangisan, mereka adalah manusia perkasa. Jadi kalau tidak mampu menikahi mereka, meski untuk menjadi istri kedua, tolong hargai prinsip dan kemuliaan mereka. Doakan keistiqomahan mereka, atau malah pemahaman kita yg belum sampai ? wallahu a'lam

1 comment:

  1. Hadirmu memberi kami 1 alasan untuk menangis
    100 alasan untuk menyayangi dirimu
    1000 alasan untuk tenggelam dalam kerinduan
    Tapi dirimu & kasih sayangmu memberi SETUJA alasan
    untuk kami tetap selalu tersenyum

    ReplyDelete