Assalamu'alaykum, selamat datang di blog sederhana saya, selamat membaca! silahkan berkomentar & tinggalkan link anda untuk di kunjungi, terima kasih

Friday, 19 September 2008

Cerpen :Cemburu

by. Tini

Mataku memandangnya pilu, aku ingin menghujamkan rasa sakit yang kurasakan ini ke dalam hatinya hingga ia memohon maaf dan tak khan mengulanginya lagi, mungkin tidak kepada diriku, karena semua sudah berakhir, tapi semoga juga tidak dengan orang lain kelak, tentu saja kucari bayangannya yang begitu lembut dan janjinya padaku , ia tak akan membuatku bersedih, tapi sekarang? Aku merasakan kebohongan ini begitu ku benci, begitu menyiksaku , menghinaku dan membuatku terjatuh kedalam lumpur penyesalan karena mengenalnya.

“maafkan aku”
“sudah ku maafkan” jawabku berbohong bukan lantaran ingin berbaikan dengan nya, aku hanya ingin ia cepat enyah dari hadapanku, aku tidak ingin mengotori pemandangan ku hari ini dengan wajah palsunya.
“biar ku jelaskan”
“terima kasih” singkatnya jawabanku membuatnya terdiam, aku bisa merasakan ia ragu melangkah, tapi apalagi peduliku? Aku ingin mengakhirinya dengan atau tanpa penjelasanya.
“dia adalah sahabat ku” aku diam tak berminat berkomentar, sahabat yang bisa di peluk di mana saja? Naudzubillah apa dia lupa bahwa sahabat tetaplah seseorang yang tidak pantas di peluk, karena mereka tidak di kandung dalam satu rahim, mereka “bukan muhrim”.
“kami sangat lama berteman, dia seperti saudaraku”
“seperti? Apakah seperti bisa di katakan sama? Dia benar-benar gila” aku makin emosi, tapi tetap bertahan.
***
“Kamu tipe pencemburu” komentarnya lugu, membawa bayanganku pada sosok sahabat pria yang ku cintai, salahkah aku punya sifat pencemburu, aku yakin Allah saat ini juga cemburu kepadanya, dan tentu saja aku juga harus cemburu karena aku mencintainya. Dan aku tidak mengerti kenapa wanita berjilbab di hadapanku ini justru meyakinkan diriku bahwa aku yang salah, atau kesalahan ada pada saat aku tidak bisa memahami kalimat “aku tipe pencemburu”??.

“aku harap mbak tidak pernah berada di posisiku untuk kemudian bisa memahamiku” wajahnya memucat, tentu saja ia tak ingin mengalaminya, apalagi itu di lakukan oleh suaminya , ayah dari anak-anaknya, aku tidak berdo’a untuk keburukan, aku hanya ingin wanita-wanita berkarakter ini tau bahwa karakter kepribadian yang ku bangun itu telah di injak-injak oleh pria yang hendak menjadikanku istrinya, ibu dari anak-anaknya, pria yang datang atas nama cinta Allah, namun telah khilaf dengan hukum-hukum dan sifat pencemburu Tuhan kami ini? Ataukah karena wanita sahabatnya itu begitu memesona sehingga ia terpaksa melupakanya, lalu berapa kali ia akan melupakan “kecemburuan” itu nanti, setelah ia bisa melihat pengabdianku sebagai seorang istri.

“Tapi semua bisa di perbaiki , demi nama baik keluarga kalian, demi hubungan baik dan silaturahmi keluarga kalian,dan demi cinta kalian” aku menatap wajahnya , mencari sebuah jawaban , benarkah ini keluar dari lubuk hatinya yang terdalam, lalu di mana aku memikirkan demi harga diriku? Apakah ikatan yang tidak sah ini harus ku anggap sah? Kami belum menikah , dan aku rasa sah –sah saja bila aku aku berbalik keputusan, apanya yang bisa di perbaiki? Apakah aku harus menutup mata ketika tubuh mereka bersatu dalam pelukan hangat, tidak sebentar , namun lumayan lama dan sangat menikmati. Cinta? Cinta kami karena Allah, itu yang sering kami sepakati , bila Allah tak ridha maka cinta ini tak ada hasilnya. Dan sekarang dia berani menodai ikrar ini.
***

Aku tidak tau kenapa sholat istikharahku belum juga membuahkan hasil, apa aku tidak sungguh-sungguh berdo’a sehingga Allah enggan memberikan jawaban, atau karena perasaan ragu ku yang membuat petunjuk itu mengambang tak jelas? Aku cemburu, aku marah, perasaan ini menggelegak , berusaha mengalahkan akal logika ku, namun ada cinta dan kerinduan yang juga membersit, rasa ingin memiliki dan tak ingin kehilangan, rasa takut tak akan mendapatkan sosok pria yang lebih sempurna.

Sms nya berbaris rapi, membuatku bergeming untuk berusaha membalasnya, ia tau bagaimana perasaanku dan permohonan maafnya berkali-kali tak membuatku ingin memperbaiki hubungan yang ternoda, “kegagalan mu tidak hanya akan melukai hatimu sendiri tapi juga kami keluarga mu, apa jawaban kami nanti jika orang bertanya mengapa engkau gagal ke pernikahan, mereka pasti tertawa jika mendengar jawaban, calon suamimu memeluk sahabatnya” aku sungguh tidak mengerti kenapa mereka begitu menganggap remeh tindakan peluk memeluk di era ini, di mana etika dan hal-hal yang di anggap tabu yang selama ini di junjung tinggi, apakah pergaulan orang-orang ber high class yang bisa cipika-cipiki dengan lawan jenis harus menular kepada kami, dan sudah menjadi hal sangat sangat biasa? Haruskah kebobrokan moral yang makin menodai budaya ketimuran di biarkan begitu saja, dan justru di tiru oleh orang yang paham tentang hukum-hukum Allah seperti dia calon suamiku.

“Ya Allah, hamba tak ingin mengambil keputusan karena ego, namun hamba juga tak ingin menyerah karena tak percaya jalan terbaik yang Engkau berikan, semua orang pasti terluka dengan keputusan hamba, namun hamba tak ingin memberikan pendapat bahwa tindakannya adalah benar dengan kembali menerimanya menjadi calon suami hamba, kecemburuan ini datangnya dari Mu Ya Rahman, Engkau Mencemburuinya ketika ia memeluk gadis itu, maka ridhai kecemburuan hamba ini, dan jadikanlah keputusan hamba ini sebaik-baik keputusan, amin”
***

Kaum Adam…

Pahamkah engkau cara mencintai kaum hawa?
Ia begitu lembut, perhatian, dan ingin mencintai se utuhnya

Kami paham engkau mempunyai pandangan yang susah di jaga
Juga mempunyai kodrat keinginan memiliki lebih
Tapi demi Allah
Dan juga demi kami milik mu dan tanggung jawabmu wahai pecinta
Tahanlah semua itu..

Luka dan kecemburuan kami susah terobati
Karena kami telah meminta izin pada Allah kita
Bahwa ketika Ia Mencemburuimu maka kami akan cemburu pada mu.

Batam, 28 Agustus 2008

tiny

No comments:

Post a Comment