Assalamu'alaykum, selamat datang di blog sederhana saya, selamat membaca! silahkan berkomentar & tinggalkan link anda untuk di kunjungi, terima kasih

Tuesday, 12 January 2010

Ruang Itu

By Tini

Ya Allah, Please give love shines in my father's new room

Ruang itu bersekat dinding kayu sebagai pembatasnya dengan ruang tamu, berpintu namun dan tak ada engsel yang bisa mengkaitkan papan untuk menutupnya , kecuali kelambu panjang yang berjuntai, ia berjendela satu yang menghubungkan langsung dengan dunia luar yang hijau , saat hembusan angin mampu menggoyangkan dedaunan kelapa , maka kesegaran udara akan mampir untuk sekedar menjenguk di dalam sana, di ruang itu, menggantikan udara pengap yang sementara hinggap.

Dulu aku sering mendengar dengungan kalam Allah dari sana, ketika ayah melafalkan kuat-kuat bacaan sholatnya meski seharusnya ketika tidak menjadi imam dalam jamaah sholat bacaannya bisa sedikit di pelankan, juga saat beliau sedang murojaah surat-surat pendek, namun begitulah ayahku , beliau memiliki suara yang tak pernah membuatku malu menyebutnya “ini ayahku”.

Ayahku berdarah Nganjuk atau Jawa Timur, beliau sangat hafal tembang-tembang jawa dan biasa mendendangkannya , tapi aku sendiri tak pernah bisa paham benar tembang-tembang jawa itu kecuai yang memang sering ku dengar dari tape recorder butut milik beliau “umpami sliramu sekar melati, ndiko kumbang nyidam sari” he he itulah yang menemani kesehariannya sebagai seorang petani tulen, dan itulah ayahku, seorang pekerja keras namun berhati sangat lembut membuat aku tak pernah malu menyebutnya “ini ayahku”.

Dalam sejarah aku belum pernah kehilangan orang terdekatku , kehilangan dalam arti yang sebenarnya, tak khan bisa melihatnya lagi , tak khan mendengar suaranya lagi, tak khan bisa merasakan pujiannya lagi, ya… ayahku adalah orang yang paling sering memujiku , membanggakanku ketika aku bisa juara kelas. Dan dalam sejarah kehidupanku , beliau orang pertama yang pergi dan menyisakan rasa sakit saat kerinduan menyergap, saat beliau kembali menghadap Allah, kejadian itu menyadarkan kami bahwa kematian pasti datang kepada setiap hamba Allah, tak terkecuali. Tak ada yang menyangkal bahwa ayahku masih terbilang muda jika harus meninggal di usia itu.
***

Dan ruang itu kami sebut mushala kecil di rumah masa kecilku, adalah saksi dimana ayah menjalankan ritual ibadahnya sebagai seorang Muslim dan hamba Allah yang taat, dengan khusyuk di tahun-tahun akhir hidupnya, ruang yang ketika aku menjenguk kesana setahun yang lalu meresapkan kerinduan yang mendalam pada sesosok hambaNya yang sering bersujud di atas sajadah yang terbentang itu.

Aku tau dan berharap ruang itu tidak akan pernah sepi, ada ibuku di sana, yang menyisipkan rasa rindu untuk ayahku di sholat tahajudnya dan juga setia memanjatkan do’a-do’a untuk kami tujuh anaknya dan InsyaAllah do’a ibu di ijabah oleh Allah Yang Maha Pengasih.

Dan aku merindukan ruang kecil itu juga orang-orang tercinta yang memuji kebesaran Allah di sana.
***

Hadiahkan cahaya cinta dalam ruang baru ayahku ya Allah….

Batam 11/01/2010


No comments:

Post a Comment